Proses pengeringan matahari paling sering
digunakan, dimana kandungan air dari bahan baku diuapkan menggunakan
pancaran panas sinar matahari. Bila memiliki ruangan yang cukup lebar,
maka tidak tidak diperlukan lagi suatu fasilitas yang khusus. Namun,
kelemahannya adalah mutu produk tergantung kondisi cuaca dan proses ini
tidak dapat dilakukan selama musim hujan. Selanjutnya, oksidasi minyak
lipid dilakukan oleh zat ultraviolet dari pancaran sinar matahari, yang
menyebabkan terjadinya perubahan warna pada produk akibat minyak yang
dihasilkan.
Untuk mengukur tingkat kekeringan ikan
asin dapat dilakukan pengujian dengan menekan daging ikan dengan jari
tangan, bila tidak meninggalkan bekas berarti ikan asin sudah cukup
kering. Untuk ikan berukuran besar, pengujian dilakukan dengan
melipatkan daging ikan, bila tidak patah maka ikan telah cukup kering.
Pengeringan menyebabkan perubahan sifat
daging ikan dari sifatnya yang masih segar, akan tetapi nilai gizi dalam
ikan relatif tetap. Proses pengeringan akan mengurangi kadar air dalam
daging ikan, hal inilah yang akan mengakibatkan kandungan protein dalam
daging ikan akan mengalami peningkatan karena kandungan air yang telah
dihilangkan dalam proses pengeringan ikan tersebut.
Proses pengeringan ini bertujuan untuk
mengurangi kadar air dalam daging ikan sampai batas tertentu, sehingga
perkembangan mikroorganisme akan terhambat atau terhenti. Perubahan yang
terjadi dan merugikan dalam daging ikan juga akibat kegiatan enzim.
Selama proses pengeringan akan terjadi
perubahan fisik pada ikan. Terjadi perubahan tekstur, warna, dan aroma.
Meskipun peubahan tersebut dapat dibatasi seminimal mungkin dengan jalan
memberikan perlakuan pendahuluan terhadap bahan pangan yang akan
dikeringkan. Pada umumnya ikan yang dikeringkan akan mengalami perubahan
warna menjadi coklat. Perubahan warna menjadi coklat tersebut
dikarenakan reaksi browning. Reaksi browning nonezimatis
pada ikan yang paling sering terjadi adalah reaksi antara asam organik
dengan gula pereduksi, serta asam-asam amino dengan gula pereduksi
disebut juga reaksi maillard. Reaksi antara asam-asam amino dengan gula pereduksi dapat menurunkan nilai gizi protein yang terkandung dalam komoditas ikan.
Proses pengeringan untuk ikan-ikan
berlemak sering kali mengalami oksidasi dengan udara jika dijemur dan
menimbulkan bau tengik. Oksidasi dapat dihindari dengan pemakaian
antioksidan, missal asam askorbat. Antioksidan dilarutkan dalam air dan
kemudian ikan dicelupkan di dalamnya selama beberapa detik sebelum
dijemur.
Proses pengeringan sangat rawan terjadi
case hardening dimana permukaan ikan yang mengering dan mengeras
disebabkan proses pengeringan yang terlalu cepat menimbulkan denaturasi
protein pada permukaan sedangkan bagian dalam masih dalam keadaan basah
sehingga kontrol suhu perlu diperhatikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar